Sunday, October 21, 2007

Tony Kusmiran: Credit Union Ala Indonesia

21 Oktober 2007
Duta Masyarakat.com

Salam Perspektif Baru,
Masih dalam rangkaian road show Perspektif Baru Live Demokrasi dan Pluralisme ke beberapa daerah di Indonesia, kali ini Yayasan Perspektif Baru melangkah ke Provinsi Kalimantan Barat, khususnya kota Pontianak. Sekarang kami menghadirkan Tony Kusmiran, seorang muda yang mencoba mengembangkan gagasan Credit Union (CU). Saya kira inilah kelompok masyarakat yang berusaha untuk menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa harus bergantung kepada pemerintah.

Konsep CU adalah masyarakat yang menjadi anggota membayar iuran wajib, simpanan pokok, dan menabung. Tabungan itu akan menjadi jaminan untuk meminjam dalam jumlah yang masih wajar. Yang boleh meminjam hanya anggota, tidak boleh orang luar.

Tony Kusmiran berharap CU bisa dimiliki oleh masyarakat Indonesia karena basis CU betul-betul masyarakat ke bawah. Dalam kondisi kita sekarang yang susah, CU satu-satunya solusi yang bisa kita manfaatkan sebagai lembaga keuangan milik masyarakat.

Berikut wawancara Faisol Riza dengan Tony Kusmiran. Wawancara lengkap dan foto narasumber dapat pula dilihat pada situs http://www.perspektifbaru.com. Lewat situs tersebut Anda juga dapat memberikan komentar dan usulan.

Di Bangladesh ada Muhammad Yunus yang mendapatkan hadiah Nobel karena membantu masyarakat dengan menciptakan kredit yang mudah diakses dan tidak perlu banyak persyaratan. Di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) juga ada yang seperti Muhammad Yunus, yaitu Tony Kusmiran dengan program Credit Union (CU). Memang kini belum sebesar Muhammad Yunus, tetapi sesuatu yang besar sedang dimulai.

Darimana sebenarnya gagasan CU yang Anda dan teman-teman kembangkan?
Pertama kali gagasan CU dari Jerman. Ketika itu ada seorang Pastor yang membawa konsep ini ke Indonesia sekitar tahun 1960-an. Pada tahun tersebut gagasan ini mulai dikembangkan tetapi dalam lingkup internal saja dulu.

Apakah Anda dan teman-teman mencoba mengembangkan CU karena memang menghadapi problem-problem seperti itu atau mempelajari itu semua?
Dari awal memang sudah ada konsep yang tersusun dengan baik sebagai sebuah lembaga keuangan seperti CU. Nah, di sana konsep-konsep tersebut dikembangkan karena dinilai atau dilihat lebih mengena di masyarakat tanpa membebani masyarakat dengan segala macam persyaratan yang berat seperti di bank. Saya sendiri merasakan manfaatnya maka saya sangat percaya.

Bagaimana bentuknya?
Ketika kita menabung, sebenarnya tabungan itu menjadi modal awal kita untuk meminjam.

Apakah itu menabung di CU atau bank?
Di CU. Saat kita menabung di CU, maka tabungan itu akan menjadi jaminan untuk meminjam dalam jumlah yang masih wajar. CU sendiri sebenarnya kumpulan orang saling percaya.

Dari mana modal awalnya sehingga teman-teman bisa mengembangkan CU?
Modal awalnya dari anggota sendiri. Ketika menjadi anggota CU, anggota tersebut membayar iuran wajib, simpanan pokok, dan sebagainya. Dari sana uang itu mulai dikelola. Yang boleh meminjam hanya anggota, tidak boleh orang luar. Kalau mau meminjam, dia harus menjadi anggota dulu. Jadi tidak langsung bisa meminjam begitu saja.

Berapa jumlah nasabah atau anggota CU sekarang?
Anggota CU sudah lumayan banyak. Misalnya, anggota CU di Pancur Kasih ada 60.000-an anggota, di Lantang Tipo sudah 55.000 lebih anggota. Belum lagi yang lainnya.

Apakah kebanyakan dari mereka adalah petani dan pedagang?
Bermacam-macam profesi. Ada pedagang, pegawai, petani, guru juga ada. Tentu ketika masuk untuk menjadi anggota, mereka harus membayar simpanan pokok, uang pangkal, iuran dan sebagainya yang menjadi persyaratan. Setelah itu baru sah menjadi anggota. Kemudian ada yang disebut simpanan saham. Saya pikir rakyat mempunyai saham agak susah. Kalau di bank tidak disebut saham, kita sebagai nasabah biasa. Tapi di CU justru kita pemegang saham.

Jadi anggota sebagai pemilik saham, sehingga tidak bisa main-main.
Tidak bisa karena perkembangan lembaga ini dilihat dan dipantau terus.

Apakah ini seperti koperasi yang digagas oleh pemerintah?
Saya pikir keinginan pemerintah mungkin sama, yaitu ingin mengembangkan ekonomi kerakyatan, namun dalam implementasinya sepertinya beda karena ada konsep tersendiri di CU. Kalau CU sumber uang benar-benar dari anggota, tanpa dukungan darimanapun.

Dari cerita Anda mengenai nasabah CU, jika saya tertarik untuk menjadi nasabah, berapa biaya yang harus saya bayar untuk iuran pokok dan macam-macam?
Kalau di CU tidak disebut sebagai nasabah tetapi anggota. Itu berbeda. Untuk menjadi anggota sebenarnya tidak sulit. Siapapun dari latar belakang dan agama apapun boleh. Memang mulanya, masih dari internal, tetapi sekarang sudah lebih universal. Untuk masuk ke CU, kita mesti konsultasi dulu sama costumer service. Di sana akan diberikan penjelasan sedikit mengenai apa itu CU, dan ditanya mengapa berniat menjadi anggota CU. Kemudian akan diberikan formulir untuk diisi. Setiap CU di suatu daerah berbeda namanya namun intinya sama. Uang pangkal di setiap CU juga berbeda karena kita tidak mematok berapa besarnya.

Berapa banyak kira-kira dana masyarakat di setiap CU?
Yang paling kecil saja sekarang kira-kira Rp 5 miliar. Sebagai contoh, jika CU baru beroperasi bulan ini, maka perkembangan enam bulan ke depan sudah cepat sekali. Itu karena di sana ada yang namanya pinjaman kapitalis. Inilah pola yang cukup baik untuk anggota memiliki saham dan membiasakan anggota menabung. Misalnya, ada anggota yang baru masuk, kemudian dinyatakan meminjam Rp 5 juta. Pinjaman tersebut harus dibayar secara mencicil. Mungkin kedengarannya agak unik karena harus mengutang terlebih dahulu, tapi sebenarnya bukan begitu. Pinjaman tersebut begitu lunas, maka devidennya akan menjadi milik kita. Dari deviden tersebut, kita terpaksa harus menabung atau mencicil dari satu sampai lima tahun. Jika memakai perhitungan per bulan, berarti mencicil selama lima tahun adalah 60 bulan.

Bagaimana seandainya ada orang yang mau meminjam tapi untuk keperluan konsumsi seperti membeli rumah atau mobil?
Bisa. Tapi kalau bisa untuk kegiatan yang produktif yang bisa memutar uangnya itu. Artinya uang itu diputar oleh dia sendiri, kemudian dimasukkan ke CU dan di sana uang tersebut berputar juga untuk dirinya. Selama saya di sana dalam waktu sekitar empat tahun saja sudah bisa merasakan hasilnya. Tabungan saya sekarang jumlahnya lumayan juga, dan itu tidak terasa karena saya mencicil, dipotong dari kantor. Kemarin saya baru saja meminjam Rp 30 jutaan lagi.

Jadi bagi masyarakat tentu itu banyak manfaatnya. Berapa jumlah CU sekarang di seluruh wilayah yang difasilitasi oleh Kalimantan Review?
Saya mau menjelaskan sedikit dahulu bahwa Kalimantan Review sebenarnya tidak memfasilitasi kegiatan CU sendiri. Kami kebanyakan memberikan informasi karena kami adalah sebuah media yang bekerjasama dengan Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah Kalimantan (BK3D). Seperti Bank Indonesia untuk perbankan, namun ini adalah Bank Indonesianya CU.

Apakah lembaga ini yang didirikan oleh teman-teman?
Ya. Lembaga itu menjadi sentral sekali dan mengatur keanggotaan lembaga CU, dan CU menjadi anggota BK3D karena di sana keuangan kita akan dijamin. Misalnya, ketika si A meminjam, namun saat masih meminjam terjadi kecelakaan tabrakan atau meninggal, maka pinjaman tersebut dihapuskan. Dan itu tidak terjadi di lembaga keuangan manapun. Ini salah satu yang akan menguntungkan masyarakat jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Kalau dalam hal produksi, dimana sektor yang paling banyak pinjaman masyarakat kepada CU?
Sebenarnya sekarang macam-macam, tapi lebih banyak kebutuhan rumah tangga. Sektor kedua adalah kebutuhan produktif. Tapi tergantung wilayahnya juga. Misalnya, di Pontianak lebih banyak untuk usaha produktif. Orang-orang meminjam untuk membuka usaha. Tapi kalau di wilayah kabupaten atau kecamatan atau pedesaan, mereka mungkin lebih konsumtif terhadap uang yang dipinjam seperti untuk membeli motor dan mobil. Kebanyakan mobil yang dibeli adalah truk untuk digunakan usaha.

Pemerintah daerah saya kira pasti sudah mendengar kegiatan ini. Apa tanggapan mereka, apakah ingin bekerja sama atau justru menganggap ini sebagai saingan?
Dulu CU pernah mau dihilangkan karena dianggap tidak berbadan hukum dan sebagainya. Mulanya memang tidak berbadan hukum, tetapi ketika ada protes seperti itu maka dibuat badan hukumnya. Sekarang semua CU sudah berbadan hukum. Saya tidak tahu persis mengapa pemerintah atau mungkin oknum tertentu ada yang kurang suka sehingga memanfaatkan nama pemerintah untuk memojokkan CU. Mungkin merasa tersaingi karena terbukti koperasi simpan pinjam dan sebagainya masih kurang mampu mengangkat ekonomi masyarakat yang selama ini kita lihat. Mungkin itu karena aksesnya sulit dan sebagainya. Yang saya tahu, di CU aksesnya mudah, mendapatkan pinjaman mudah, bunganya rendah, dan hasil akhirnya juga untuk kita.

Apa kira-kira prestasi yang telah dilakukan oleh teman-teman CU?
Teman-teman CU sendiri sebenarnya melihat keberhasilan itu relatif. Namun yang jelas sekarang perkembangannya sangat pesat. Semua wilayah di luar Kalbar meminta ada fasilitasi dari CU Kalbar. Ada dari Sumatera, Sulawesi, Jawa, sekarang Flores dan Papua. Ambon juga sudah. Jadi mereka mendapat pelatihan di sini, kemudian kembali ke daerah masing-masing. Saya pikir, yang menjadi kebahagiaan kawan-kawan, sekarang CU bisa merambah ke seluruh Nusantara dari daerah kecil yang tidak terdengar di Kalbar. CU tertua di Kalbar ada di Kecamatan Parindu, Kabupaten Sangkau. CU pertama berdiri tahun 1976, yaitu CU Lantang Tipo di Sangkau setelah ada pelatihan pada tahun 1975 oleh gereja Katolik. Yayasan Pancur Kasih sendiri berdiri pada tahun 1987. Sedangkan untuk Pontianak, CU Khatulistiwa Bakti yang berdiri tahun 1985 sebagai CU tertua di Pontianak.

Berapa kira-kira total aset seluruh CU yang ada di Kalbar sudah dikelola oleh teman-teman?
Hingga Maret 2007, dari 48 CU yang bernaung di bawah BK3D mempunyai total aset sekitar kurang lebih 1,6 triliun Rupiah. Sekarang pasti sudah naik lagi. Cukup besar.

Apakah layanan yang diberikan CU sebatas memberikan kredit atau ada bantuan lain seperti manajemen untuk mengatur sebuah usaha atau lainnya?
CU yang meminta fasilitasi dari BK3D biasanya menggunakan manajemen yang digunakan oleh BK3D juga. Pernah ada satu pengalaman, ada satu CU bernama CU Pusapa dulu tidak bergabung di bawah BK3D. Manajemennya kemudian hancur lebur. Setelah bergabung di BK3D, manajemen diperbaiki dan disupport. Sekarang perkembangannya sangat pesat. Jadi kalau CU mau maju, maka bergabung di BK3D saja.

Kalau di bank untuk menghindari kredit macet dilakukan quality control terhadap produksi. Apakah CU berbuat seperti itu juga?
Ya. Jadi untuk mencegah kredit macet, orang yang mulai terlambat mencicil utang sebulan, dua bulan didatangi untuk diberi pengertian dan sebagainya. Kalau bisa ada proses untuk membantu yang bersangkutan. Ada komunikasilah sehingga walaupun terlambat sedikit, dia kemudian mencicil dua kali lipat dari itu. Jadi quality controlnya ada. Kita mengontrol anggota secara seksama setiap minggu. Setiap Sabtu, petugas kita turun dan membina.

Kita mempunyai menteri keuangan, menteri ekonomi, dan pejabat Bank Indonesia. Apakah mereka sudah mendengar keberhasilan ini?
Mereka mengetahui sebenarnya. Mungkin mereka sedang berpikir mengapa bisa berkembang begitu.

Kalau dari cerita tadi sepertinya semua berjalan dengan lancar. Apakah ada atau tidak kendala-kendala di lapangan?
Banyak kendala. Waktu awal membangun CU, banyak orang menyamakan dengan koperasi biasa, padahal citra koperasi itu sendiri sudah buruk. Untuk membangun CU juga sangat berat pada saat itu. Tapi setelah masyarakat mulai merasakan manfaatnya, mulailah berkembang. Awalnya dari mulut ke mulut akhirnya berkembang seperti sekarang. Mungkin orang melihat keberhasilan CU lalu berminat. Kendala lain, ada juga kredit macet, misalnya, ketika bertemu dengan orang yang bandel. Tapi CU sendiri tidak perlu khawatir karena mempunyai jaringan international, yaitu World Credit Union Organization (WCUO).

Jadi BK3D tadi adalah anggota dari sebuah jaringan internasional tersebut.
Betul.

Di mana pusat WCUO?
Sepengetahuan saya berpusat di Amerika.

Dari sampai sejauh ini yang teman-teman sudah capai, apa harapan kepada masyarakat pada umumnya?
Saya berharap CU bisa dimiliki oleh masyarakat Indonesia karena basis CU betul-betul masyarakat ke bawah. Dalam kondisi kita sekarang yang susah, saya pikir CU satu-satunya solusi yang bisa kita manfaatkan sebagai lembaga keuangan milik masyarakat.

Bagaimana caranya jika ada kelompok masyarakat ingin mengetahui informasi CU?
Bisa menghubungi BK3D, juga bisa membuka www.kalimantanreview.com Di situ ada rubrik CU dan tinggal membuka CU Pancur Kasih. Nanti ada informasi kantor dan alamat. Yang jelas BK3D adalah lembaga resmi untuk pelatihan dan sebagainya untuk umum. Terbuka untuk semua bangsa, suku, agama.

Jadi kita semua bisa ikut pelatihan-pelatihan.
Bisa. Sekarang juga sudah banyak yang datang dari provinsi lain untuk pelatihan dan difasilitasi sama BK3D. Misalnya, kelompok muslim Muara Pesisir dan CU kelompok Melayu juga ikut BK3D.

Jadi, selain sebagai lembaga mikro kredit, lembaga ini juga dapat menyatukan berbagai macam unsur masyarakat.
Iya. Satu tambahan lagi, pelopor CU untuk wilayah Kalbar adalah Anselmus Robertus (AR) Mecer. Dia sangat getol mengembangkan dan memfasilitasi CU yang mau berdiri. Dia yang giat ke wilayah-wilayah lain. Kalau ada kelompok masyarakat yang ingin mendirikan CU maka kontak saja dulu BK3D untuk minta fasilitasi dan cara pengembangannya termasuk manajemennya. []

No comments: