By Aris Munandar
Siang itu, sejumlah orang terlihat hilir mudik di sebuah gedung yang terletak di Kompleks Persekolahan Santo Fransiskus Asisi, Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). Sementara di salah satu ruangan di gedung itu, beberapa petugas sibuk melayani pendaftaran calon anggota.
Pemandangan di atas merupakan hal rutin yang terjadi Credit Union (CU) Pancur Kasih. Setiap harinya, koperasi kredit itu hampir tak pernah sepi dari kunjungan para anggotanya. Mereka melakukan berbagai transaksi, mulai dari menabung, meminjam dan berbagai kegiatan lainnnya.
CU Pancur Kasih merupakan salah satu CU terbesar di Kalbar dan pernah meraih penghargaan dari pemerintah pusat, sebagai koperasi berprestasi di
Berdiri pada 28 Mei 1987, CU ini kini memiliki 26 kantor tempat pelayanan (TP) yang tersebar di tujuh dari 12 kabupaten/kota di Kalbar. Jumlah anggotanya mencapai 60.876 orang, dengan total aset per April 2007 lebih dari Rp396 miliar dan laba bersih berupa sisa hasil usaha (SHU) Rp1,847 miliar lebih. Sementara pendapatan Rp 24,853 miliar dan jumlah kredit yang dikucurkan sebesar Rp350,841 miliar lebih.
Sebagai bentuk dari penerapan manajemen terbuka, kondisi perkembangan keuangan CU dilaporkan secara periodik setiap bulan kepada anggotanya, melalui sebuah papan informasi yang berada di kantor tersebut.
“Sebanyak 64,8% pinjaman ke anggota ialah jenis pinjaman produktif, yakni digunakan untuk kegiatan usaha, kata Ketua Pengurus CU Pancur Kasih Norberta Yati L, Kamis (31/5).
Menurutnya, kegiatan yang diselenggarakan ini tidak hanya sebatas simpan pinjam, tetapi juga berbagai pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan usaha produktif. Selain itu, setiap anggota juga mendapat jaminan asuransi kesehatan dan santunan kematian.
“Setiap calon anggota wajib mengikuti pendidikan dasar. Untuk menanamkan falsafah, misi dan visi CU, sehingga mereka benar-benar termotivasi dan bukan hanya sekedar ikut-ikutan,” ujar Yati.
Koperasi kredit atau yang lebih dikenal dengan sebutan Credit Union (CU) sudah ada di Kalbar sejak 1975 yang ditandai dengan berdirinya 40 kelompok CU. Namun kemudian vakum dan baru pada 1985, kegiatan CU dihidupkan dan dipopulerkan kembali oleh beberapa orang aktivis pemberdayaan ekonomi kerakyatan Kalbar. Kebangkitan kembali CU ini ditandai dengan berdirinya CU Khatulistiwa Bhakti,
Menurut Mecer, prinsip dasar dan nilai yang diterapkan dalam CU ialah semangat solidaritas, kesetiakawanan dan gotong royong yang berlandaskan rasa saling percaya.
“Konsepsi dasar CU bukanlah koperasi simpan pinjam. Kalau berbentuk simpan pinjam, nanti orang berpikir untuk minjam. Itu artinya mau mengambil uang orang. Tetapi CU ialah kumpulan orang yang berupaya untuk mengembangkan uang itu, dengan modal saling percaya antarsesama anggota,” jelas Mecer yang telah memfasilitasi berdirinya 21 CU di
Dalam perkembangannya, CU yang sebagian besar anggotanya berasal dari golongan menengah ke bawah itu kini telah menjelma sebagai sebuah gerakan sosial dalam memberdayakan ekonomi kerakyatan. Karena keberadaannya telah menyebar hingga ke perbagai pelosok Kalbar.
Selain Pancur Kasih, juga terdapat CU Muare Pesisir. Berdiri sejak 10 Mei 2003, CU yang berkantor pusat di Desa Sungaiitik, Kecamatan Kakap, Kabupaten Pontianak ini berangotakan 900 orang dengan total asset Rp2,5 miliar dan laba bersih pada 2006 sebesar Rp154 juta lebih.
Berdirinya CU Muare Pesisir berangkat dari keprihatian para pendirinya terhadap nasib petani dan nelayan setempat yang sering mengalami kesulitan permodalan dan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak.
“Di awal berdirinya, sebagian besar kredit yang disalurkan digunakan para anggota untuk kegiatan konsumtif. Namun sekarang antara penyaluran kredit konsumtif dan produktif berimbang,” kata Manajer CU Muara Pesisir TP Pontianak Neneng Achmad.
Keberadaan CU berada dibawah koordinasi Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah (BK3D)
Saat ini, total aset yang dimiliki seluruh anggota BK3D Kalimantan yang berjumlah 48 kelompok CU tersebut mencapai lebih dari separuh total asset milik pusat koperasi di seluruh Indonesia. Seluruh modal dan asset milik CU itu berasal dari anggotanya dan tidak ada sepeserpun bantuan dari pemerintah. Karena mereka memang menekan upaya kemandirian, yakni dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota.
“Di Indonesia ada 33 pusat koperasi, salah satunya ialah BK3D Kalimantan. Dari sekitar Rp3 miliar total aset seluruh pusat koperasi itu, sebanyak Rp1,7 triliun berada di BK3D
Pengembangan konsep pemberdayaan ekonomi kerakyatan bukan tanpa kendala. Pola pikir dan budaya konsumtif sering kali menyebabkan masyarakat keliru dalam memanfaatkan dan mengelola keuangannya. Namun akar dari masalah itu sebenarnya ialah rendahnya mutu dan tingkat pengetahuan warga. Karena itu, berbagai pembekalan dan pendidikan yang dilaksanakan oleh sejumlah CU diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut.
“Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami. Mengapa CU sangat menekankan pendidikan kepada anggota, sebab itulah strateginya untuk penyadaran kepada anggotanya,” ujar Yati.
No comments:
Post a Comment