Oleh ; Aju
Pendirian koperasi simpan pinjam yang mengedepankan kekuatan sendiri tersebut memang diprakarsai oleh Mecer—panggilan akrabnya.
Pensiunan Pegawai Negeri Sipil atau dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tanjungpura, Pontianak ini adalah pendiri, konseptor, sekaligus penggerak CU Pancur Kasih yang dicatat sebagai koperasi simpan pinjam terbaik di Indonesia. Koperasi simpan pinjam tersebut sudah dua kali mendapat piagam penghargaan dari Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, yakni tahun 1998 dan 1999. Jika pertama kali didirikan, 1987, modalnya hanya Rp 2,5 juta, sekarang tanpa bantuan sepeser pun dari pihak luar, total aset CU Pancur Kasih per 30 April 2007 sudah mencapai Rp 396 miliar.
Tingkat kredit macetnya pun kurang dari 2% tiap tahun sehingga masuk kategori sangat sehat. Aset Rp 396 miliar adalah berasal dari 60.786 anggota, meliputi aktiva tetap Rp 17,32 miliar dan piutang Rp 350 miliar yang tersebar di 28 unit Tempat Pelayanan (TP) di 13 kabupaten/kota di Kalbar. “Letak kekuatan dan kesuksesan CU Pancur Kasih adalah kebersamaan, suatu perkembangan yang pada dasarnya alamiah. Setiap anggota selalu ditanami prinsip, perubahan nasib hanya bisa dilakukan oleh diri sendiri, dengan memanfaatkan potensi diri secara optimal dan terencana dengan baik,” kata Mecer kepada SH, Sabtu (3/6) pekan lalu.
Oleh karena itu, ungkap Mecer, setiap anggota baru, mutlak mengikuti pelatihan tentang hak dan kewajiban, patuh dan disiplin dalam menabung, serta mengembalikan pinjaman, sesuai dengan limit waktu yang ditentukan di dalam perjanjian.
Khusus beban pengembalian kredit, ucap Mecer, tetap sama dengan ketentuan yang berlaku di dunia perbankan, yakni 2% per bulan. Bedanya, jika di perbankan tetap dihitung berdasarkan pinjaman pokok hingga habis masa kredit, di CU hanya dihitung dari sisa pinjaman terakhir, sehingga beban kredit menjelang akhir masa kredit menjadi relatif kecil.
Kalau di perbankan deviden dinikmati pemilik setelah pajak, menurut Mecer, di CU dividen dibagi kepada seluruh anggota. Jadi, semakin besar pinjaman setiap anggota, semakin besar pula dividen yang diperoleh pada setiap akhir tahun. Berbekalkan kepercayaan, proses administrasi pinjaman anggota pun lebih dipermudah. Ini membuat masyarakat, kebanyakan yang kurang mampu menjalin akses ke kalangan perbankan, lanjut Mecer. CU jadi pilihan, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah.
Hakikat lain CU adalah mendidik seseorang berdisiplin menabung secara rutin, berkelanjutan, dan terencana. Mecer mengatakan, jika seseorang memiliki simpanan pokok Rp 50 juta, ditambah tabungan per hari Rp 10.000 (per tahun Rp 3,6 juta), 50 tahun kemudian, dengan menganut konsep bisnis simpan-pinjam di CU, tabungan beserta bunganya sudah mencapai Rp 60 miliar. “Suatu potensi yang sangat luar biasa kalau kita mampu hidup disiplin dalam menata masa depan secara baik,” kata Mecer.
Konsep inilah yang membuat CU Pancur Kasih menjadi rujukan dan tempat berguru setiap kelompok masyarakat yang akan mendirikan koperasi simpan pinjam di Indonesia. CU Pancur Kasih telah pula memiliki jaringan kemitraan hingga hampir di seluruh institusi keagamaan di Kalimantan dan selalu diundang oleh kelompok masyarakat Muslim di sejumlah
“Saya juga pernah diundang ke sejumlah negara untuk memperkenalkan konsep dasar CU. Ketika di Thailand, sejumlah pemerhati ekonomi kerakyatan mengakui konsep CU yang saya perkenalkan merupakan hal baru yang sangat bagus dikembangkan,” ujar Mecer. Latar belakang pendirian CU Pancur Kasih, setelah menyadari sebagian besar masyarakat di pedalaman yang identik dengan Suku Dayak, belum memiliki wadah dan sistem pemberdayaan ekonomi yang berpihak kepada rasa keadilan masyarakat.
Oleh karena itu pula CU Pancur Kasih memiliki visi keuangan Masyarakat Dayak yang sehat, besar, dan abadi, yang dijiwai nilai-nilai dan prinsip-prinsip (Credit Union).
Misinya, meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi anggota melalui pendidikan dan pelatihan yang menghasilkan perubahan pada aspek fisik, mental, emosional, dan spiritual, serta pelayanan keuangan yang profesional, ramah, dan tangguh.
Selaku ketua yayasan, AR Mecer menginstruksikan sejumlah guru dan karyawan dari Suku Dayak di lingkungan Yayasan Pancur Kasih mengumpulkan uang.
Jumlah keseluruhan cuma Rp 2,5 juta pada tanggal 28 Mei 1987. Melalui jaringan yang sudah dibentuk, sejumlah guru diminta memperkenalkan CU Pancur Kasih, dengan menganut dan menerapkan nilai-nilai serta prinsip-prinsip CU yang berlaku di tingkat lokal, nasional, dan internasional.
Kepada masyarakat ditekankan bahwa CU Pancur Kasih menghargai keberagaman anggota, memprioritaskan pelayanan, dan pemberdayaan kepada anggota, memperkuat solidaritas antaranggota dan dengan masyarakat luar, serta mendorong pengembangan usaha-usaha yang ramah sosial-lingkungan, demi tercapainya tujuan masyarakat yang damai sejahtera. Hasilnya, CU Pancur Kasih sekarang dicatat sebagai koperasi simpan pinjam terbaik dan paling sehat di
Mecer tertekad akan terus memperkenalkan konsep CU kepada semua pihak, baik lembaga swasta maupun pemerintah. Oleh karena itu pula, Mecer menerima tawaran berpasangan dengan M Akil Mochtar, anggota Komisi III DPR, untuk maju sebagai bakal calon Wakil Gubernur dalam Pilkada Gubernur Kalbar periode 2008-2013 mendatang. Pilkada Gubernur Kalbar sendiri digelar tanggal 15 Noember 2007.
“Kalau bisa berkiprah di birokrasi pemerintahan, sosialisasi ekonomi kerakyatan dengan mengedepankan konsep CU akan lebih mudah. Kalbar akan bisa menjadi proyek percontohan pengembangan CU,” ungkap Mecer.
No comments:
Post a Comment