KEUTUHAN, soliditas, dan menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan kelompok merupakan syarat mutlak berorganisasi. Kesadaran itulah yang saat ini memenuhi hati anggota Komisi III DPR dari F-PG, HM Akil Mochtar. la 'mengalah' tidak mendaftarkan dirinya sebagai calon Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) melalui Golkar. Sebab, Ketua DPD Golkar Kalbar (saat itu) juga menjadi salah satu kandidat dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) yang akan berlangsung 15 November 2007.
"Saya 'mengalah' demi keutuhan partai. Kalau saya juga maju melalui Golkar, partai akan terpecah-belah. Saya tidak mau itu terjadi," katanya di Jakarta, baru-baru ini.
Tidak maju melalui Golkar, tidak berarti suami Ratu Rita itu mundur dari bursa calon Gubernur Kalbar periode 2007-2012. Berkat perjuangan kerasnya serta dukungan dari masyarakat setempat, mantan pengacara itu diusung sembilan parpol yang tergabung dalam Koalisi Rakyat Kalbar Bersatu. Koalisi itu secara resmi mendeklarasikan pencalonan Akil Mochtar - Anselmus Robertus Mecer 7 April 2007.
Meski tidak menggunakan Golkar sebagai kendaraan politiknya dalam pilkada Kalbar, kandidat doktor Universitas Padjadjaran Bandung itu tidak meninggalkan Golkar. la secara gamblang menyatakan tetap loyal pada Golkar.
"Golkar itu sudah menjadi bagian penting dari hidup saya. Saya tidak pernah akan meninggalkan Golkar, walaupun kali ini harus berjalan tanpa dukungan formal dari Golkar," katanya dengan nada haru.
Tekadnya untuk menjadi orang nomor satu Kalbar itu tidak semata keinginan pribadi. Tetapi, lebih karena permintaan dan dukungan masyarakat. Dukungan itu tentu tidak turun dari langit. Namun, buah dari kerja kerasnya selama ini. Sebagai anggota DPR asal daerah pemilihan Kalbar, ia selalu meluangkan waktu mengunjungi konstituennya. Termasuk yang berada di desa-desa terpencil.
"Dari 1.417 desa di Kalbar, se-banyak 1.200 desa sudah saya kunjungi. Dan masyarakat di desa-desa itu tampaknya memberikan 'senyuman menggembirakan' buat saya," katanya bangga. Ia menargetkan dalam tiga bulan ke depan akan mengunjungi sedikitnya 1.200 desa di berbagai pelosok Kalbar.
Dukungan masyarakat juga tampak dari berbagai polling yang dilakukan LSM, parpol, maupun LSI. Hingga Maret hasil poling menunjukkan pria kelahiran Putussibau, Kalbar 18 Oktober 1960 itu berada pada posisi teratas.
Mengapa memilih menjadi gubernur padahal selama ini ia lebih dikenal sebagai tokoh nasional, ketimbang tokoh daerah? Mantan Wakil Ketua Komisi III DPR itu menyatakan, jabatan bukan semata untuk mengejar kekuasaan, melainkan sebagai media untuk mengabdikan diri bagi kepentingan masyarakat.
"Kalau mau enak memang lebih baik jadi anggota dewan di Jakarta. Tapi saya punya tanggung jawab untuk membangun masyarakat Kalbar yang selama ini miskin si atas tanah yang kaya." (mnk/*)
1 comment:
Mm ... I support you sir But pliss .. keep ur eyes on me ... I m speechless to know you more ... let's make a chance to grab the winner trophy .. we are altogether having the same obligation to build our province, though I was'nt born on west kalimantan at least, I am proud to be apart of it.
Post a Comment